Sabtu, 12 Mei 2012

Tabir Surya Ekstrak Teh Hijau


I.            PRAFORMULASI
Asam Stearat
Sinonim

Rumus kimia
Acidum  stearicum

: C18H36O2
Pemerian
Zat padat keras mengkilat menunjukkan susunan hablur, mirip lemak lilin, warna putih atau kuning pucat
Kelarutan
Praktis tidak larut dalam air, larut dalam 20 bagian etanol (95%) dalam 2 bagian kloroform dan dalam 3 bagian eter p
Bobot per ml
Titik leleh
dosis
Tidak kurang dari 54 0 c
69,6
Untuk krim 1-20%
Indeks bias
1,468 – 1,471
Bilangan asam
Tidak lebih dari 2,0
Bilangan Iodium
79 – 88
Kestabilan                  atyang sejuk dan kering.

Asam stearat merupakan bahan yang stabil antioksi dan mungkin juga ditambahkan ke dalamnya. Penyimpanan dalam wadah tertutup baik di tempat yang sejuk dan kering.
Penyimpanan
Dalam wadah tertutup baik
Khasiat dan kegunaan
Zat tambahan, emulsifying agent, solubilizing agent

  
Ekstrak Teh hijau katekin
Titik Lebur
104-106OC
Stabilitas
Sensitif terhadap cahaya matahari dan oksigen karena dapat menyebabkan perubahan warna
Kelarutan
Larut dalam air hangat
Fungsi
Sunnscreen,antioksidan
OTT
Oksidator,asam klorida,asam anhidrat,asam dan basa nitrat.
pH optimum
4-8

TEA (TRIETHANOLAMINE)
Sinonim
Trolaminum; triethylolamine; trihydroxytriethylamine;
Stuktur Molekul
Rumus Kimia
C6H15NO3
Nama Kimia
2,2’,2”-Nitrilotriethanol
Berat Molekul
149.19
Pemerian
Warna = tidak berwarna smpai kuning pucat
Bau      = sedikit berbau seperti amoniak
Bentuk = Cairan Kental
Titik Lebur
20–21oC
pH Stabilitas
10.5 (0.1N solution)
Kelarutan
Fungsi
Alkalizing agent; emulsifying agent Trietanolamina banyak digunakan dalam formulasi topikal terutama dalam pembentukan emulsi.Ketika dicampur dalam proporsi equimola dengan asam lemak,seperti asam stearat atau asamoleat,trietanolamina membentuk sabun anionik dengan pHsekitar 8, yang dapat digunakan sebagai emulsifying agen untuk menghasilkan busa-halus, emulsi minyak dalam air yng stabil.Konsentrasi yang biasanya digunakan untuk emulsi-fikasi adalah2-4% v / vtri etanolamina dan 2-5 kali dari asam lemak.
Stabilitas
·         Bersifa sangat higroskopis
·         Trietanolamina mungkin berubah menjadi cokelatsaat terkena udara dan cahaya
·         Homegeneity dapat dikembalikan dengan pemanasan dan pencampuran sebelum digunakan.
Penyimpanan
dalam wadah kedap udara terlindung daricahaya,di tempat yang sejuk dan kering.
OTT
·         perubahan warna dan pengendapan dapat terjadi dengan adanya garam-garam logam berat.
·         Trietanolamina dapat bereaksi dengan reagen seperti tionilklorida untuk menggantikan gugus hidroksi dengan halogen dan produk dari reaksi-reaksi ini sangat beracun,menyerupai nitrogen mustardlain.

Butylated Hydroxytoluene
Sinonim
Agidol; Dalpac; Embanox BHT; Impruvol; Ionol CP
Struktur Molekul
Rumus Kimia
C15H24O
Nama Kimia
2,6-Di-tert-butyl-4-methylphenol
Berat Molekul
220.35
Pemerian
Warna  :putih atau kuning pucat
Bentuk   : kristal padat atau bubuk
bau         : bau yang membuat pusing yang khas
Fungsi
Antioksidan
Kadar
Topical formulations:  0.0075–0.1
Titik Lebur
70OC
Kelarutan
·         praktis tidak larut dalam air, propylene glikol,gliserin, larutan hidroksida alkali,dan larutan asam mineral.
·         Mudah larut dalam aseton, etanol (95%), benzena,eter,metanol,toluen, minyak dan minyak mineral.
·         Sangat larut dari hydroxyanisolebutylated dalam minyak sayuran dan lemak.
Stabilitas
Paparan cahaya, kelembaban, dan panas menyebabkan perubahan warna dan hilangnya aktivitas
Penyimpanan
Butylated hidroksitoluen harus disimpan dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya, sejuk dan kering.
OTT
·         Inkompatilitas dengan Oksidator kuat seperti peroksida dan permanganates.Kontak dengan zat pengoksidasi dapat menyebabkan reaksi pembakaran yang spontan.
·         Garam-garam besi menyebabkan perubahan warna dengan hilangnya aktivitas.
·         pemanas dengan jumlah katalitik dari asam menyebabkan dekomposisi yang cepat dengan melepaskan gasisobutene yang mudah terbakar.

Boric Acid
Sinonim
Borofax; boron trihydroxide; E284;orthoboric acid; trihydroxyborene.
Rumus Kimia
H3BO3
Pemerian
Bubuk kristal putih
Fungsi
Antimicrobial Agent
pH Stabilitas
3.5–4.1 (5% w/v aqueous solution)
Titik Lebur
170.9OC
Kelarutan
Larut dengan etanol, eter,air, gliserin, dan fixed oils and vegetable oil.Kelarutan dalam air meningkat dengan penambahan klorida,sitrat,atau asam tartarat.
Penyimpanan
Asam borat bersifat higroskopis dan karena itu harus disimpan dalam wadah kedap udara, disegel. Wadah harus diberi label Tidak untuk Penggunaan Internal.

Coconut Oil
Pemerian
Warna : jernih kuning pucat
Bau     : tidak berbau
Bobot per ml
0,94 -0,95 gram
Titk Lebur
23-26OC
Kelarutan
Praktis tidak larut dalam air,mudah larut dalam ethanol (95%),dalam kloroform dan dalam eter
Penyimpanan
 wadah tertutup baik,di tempat yang sejuk  terhindar dari cahaya
Fungsi
Moisturizing Agent

Gliserin
Sinonim
Glycerolum, gliserol
Struktur molekul
CH2OH-CHOH-CH2OH
Berat molekul
92,10
Pemerian
Cairan seperti sirop, jernih, tidak berwarna, tidak berbau, manis diikuti rasa hangat. Higroskopik. Jika disimpan beberapa lama pada suhu rendah dapat memadat membentuk masa hablur tidak berwarna yang tidak melebur hingga suhu mencapai lebih kurang 200
Kelarutan
Dapat campur dengan air, dan dengan etanol (95%) P; praktis tidak larut dalam kloroform P dalam eter P dan dalam minyak lemak
Bobot per ml
1,255 -1,260
Indeks bias
Antara 1,471 dan 1,474
Penyimpanan
Dalam wadah tertutup baik
Khasiat dan kegunaan
USE
CONCETRATION (%)
Antimicrobial preservative
>20
Emollient
Up to 30
Humectant
Up to 30
0pthalmic formulations
0,5 - 3,0
Plasticizer In tablet film coating
Variable
Solvent for parenteral fromulations
Up to 50
Sweetening agent in alcoholic elixirs
Up to 20
Incompabilitiy
Gliserin terurai dengan adanya senyawa-senyawa pengoksidasi kuat, seperti chromium trioxide, potasium klorat dan potasium permanganat

II.            FORMULASI
Ektrak teh hijau                       5 %
Minyak kelapa                         10  %
Asam stearat                           10 %
Gliserin                                    10  %
Borax                                      0,25  %                                   
TEA                                        1 %
BHT                                        0,0075 %
Parfum                                    qs
m.f Cream                               25 gram

III.            PENIMBANGAN BAHAN
*      Pembuatan krim
Ektrak the hijau                       =  X 25 =   1,25
Minyak kelapa                         =  X 25 =   2,5
As. stearat                               =  X 25 =    2,5
gliserin                                     =  X 25 =    2,5
borax                                       =  X 25 = 0,06255
TEA                                        =  X 25 =    0,25
BHT                                        =  X 25 = 0,03
Parfum                                                qs
Aquadest                                  (25 – 9,o925 ) =         15,9075 ≈ 15,91  ml
*      Penimbangan untuk uji spektrofotometer
1.      Ekstrak  daun teh
Larutan induk                         :1000 ppm
1000 ppm                    :  :
·         120 ppm
120 ppm : V1M1 : V2M2
                    1000 × V1 : 120 × 25
                            V1 :   : 3
·         80 ppm
80 ppm : V1M1 : V2M2
                   1000 × V1 : 80 × 25
                            V1 :   : 2
·         80 ppm
40 ppm : V1M1 : V2M2
                   1000 × V1 : 40 × 25
                            V1 :   : 1



IV.            ALAT DAN BAHAN
*      PROSES EKSTRAKSI
ALAT
BAHAN
*      Erlenmeyer 2000 ml
*      serbuk daun singkong 100 gram
*      Batang pengaduk
*      Alcohol 96% 450 ml (hingga serbuk teh hijau terendam hingga 2 cm diatasnya)
*      Gelas ukur, arloji
*      Rotatory evaporator

*      PEMBUATAN KRIM TABIR SURYA
ALAT
BAHAN
*      Kaca arloji
*      Ekstrak daun the hijau5% = 1,25 gram
*      Spatel
*      Asam stearat 10% = 2,5  gram
*      Gelas ukur
*      Minyak kelapa 10% = 2,5 ml
*      Cawan penguap
*      Gliserin 10% = 2,5ml
*      Batang pengaduk
*      TEA 1 % = 0,25ml
*      Gelas piala
*      Borax 0,25% = 0,06255 gram
*      Perangkat waterbath
*      BHT 0,0075 % =  0,03 mg
*      Thermometer
*      Parfum qs
*      Mortar dan alu
*      Aquadest ad 25 gram  =  ± 15,91 ml
*      Sudip

*      Wadah krim





*    


  Krim Tabir surya ekstrak teh hijau
No.
Panjang gelombang  (nm)
Absorbansi ( A)
Transmitan ( T)
Fe / Fp
T * Fe
T * Fp
1
290
4,074
0,0084
0,1105
0,001

2
295
3,700
0,019
0,6720
0,013

3
300
3,365
0,043
1,000
0,043

4
305
3,155
0,069
0,2008
0,014

5
310
2,998
0,100
0,1364
0,013

6
315
2,792
0,161
0,1125
0,018

7
320
2,625
0,237
0,1079

0,025
8
325
2,447
0,357
0,1020

0,036
9
330
2,293
0,509
0,0976

0,048
10
335
2,114
0,769
0,0789

0,061
11
340
1,932
1,169
0,0669

0,078
12
345
1,764
1,722
0,0570

0,098
13
350
1,165
2,427
0,0488

0,118
14
355
1,490
3,191
0,0456

0,145
15
360
1,403
3,954
0,0356

0,141





∑= 0,103
∑= 0,753


I.            PEMBAHASAN
Teh merupakan salah satu tanaman yang banyak digunakan sebagai minuman tradisional oleh sebagian masyarakat karena teh memiliki banyak manfaat bagi manusia diantaranya berkhasiat sebagai obat untuk menyembuhkan penyakit, seperti penyakit kanker. Selain sebagai obat, teh juga banyak digunakan sebagai zat aditif produk-produk kosmetik dan makanan. Teh dapat dibedakan dalam tiga kategori utama berdasarkan pengolahannya. Namun jenis teh pada dasarnya hanya terdiri tiga kelompok utama (Anonymous, 2007).
a. Black Tea ( Teh Hitam )
Adalah jenis Teh yang dalam pengolahannya, melalui proses fermentasi secara penuh.
b. Oolong Tea ( Teh Oolong )
Adalah jenis Teh yang dalam pengolahannya hanya melalui setengah proses fermentasi.
c. Green Tea ( Teh Hijau )                                                                    
Adalah Jenis Teh yang dalam pengolahannya tidak melalui proses fermentasi.
Aktivitas teh hijau sebagai antioksidan dikarenakan kandungan polifenolnya, termasuk di dalamnya flavonoid (flavonol dan katekin). Golongan flavonoid yang memiliki aktivitas antioksidan meliputi flavon, flavonol, isoflavon, katekin, flavanol dan kalkon (Ardiansyah, 2007). Daun teh mengandung 30-40% polifenol yang sebagiam besar dikenal sebagai katekin. Katekin adalah senyawa dominan dari polifenol dan merupakan antioksidan yang kuat, lebih kuat dari vitamin E, C, dan β-karoten. Didalam teh ada beberapa jenis katekin yaitu epicatechin (EC), epicatekin gallate (ECG), epigallocatechin (EGC), dan epigallocatechin gallate (EGCG), gallokatekin, dan katekin (Alamsyah, 2006)

Pada praktikum ini,kami membuat sediaan cream tabir surya,kami memilih tumbuhan teh hijau sebagai zat aktif karena didalam teh hijau terdapat senyawa katekin yang dimilikinya yaitu epicatecin (EC),epigallocatechinn (EGC) ,epicatechin 3 gallate (ECG),untuk kandungan yang dimiliki oleh katekin yang berperan penting dalam pembuatan tabir surya dari ekstrak teh yaitu epicatechin 3 gallate (EGCG)
Epicatechin 3 gallate (EGCG) yang dapat berkompetisi dengan enzim L-tirosinase dan terikat pada tempat aktif dari tirosinase.Akibatnya terjadi hambatan kerja dari tirosinase yang menyebabkan terhambatnya pembentuk pigmen melanin,sehingga dapat mengurangi hiperpigmentasi pada kulit,dan yang pokok utamanya disini epigallocatechin gallate (EGCG) yang dapat menyerap, menghamburkan atau memantulkan sinar surya yang mengenai kulit sehingga dapat digunakan untuk melindungi fungsi dan struktur kulit manusia dari kerusakan akibat sinar surya
kami menimbang teh hijau sebanyak 100 gr kemudian kami  menggunakan metode digesti alasannya sebenarnya lebih efektif menggunakan metode maserasi tetapi bila menggunakan maserasi waktu yang digunakan terlalu lama selama 24 jm,dan bila menggunakan metode sokletasi bahan akif tidak tahan panas akhirnya kami memilih  menggunakan metode digesti dengan alasan waktu yang digunakan lebih pendek  kemudian diekstrak  dengan etanol 96%  alasanya menggunakan etanol karena etanol bersifat polar dan mampu meanrik senyawa katekin yang ada pada ekstrak teh hijau,  sebanyak 450 ml dengan suhu <60 0c selama 30 menit kemudian dilakukan penyaringan dengan kain  kasa dan kapas dengan tujuan mendapatkan ekstrak yang bening ,setelah disaring filtratnya dievaporasi sampai diperoleh ekstraks kental  di uap kan selama 40 0c  disimpan di lemari es jadi lah ekstrak daun teh yang berwarna hijau dan kental.
Bahan-bahan yang kami gunakan yaitu ekstrak teh hijau yang kami dapat kan dari pembuatan ekstrak,kemudian asam stearat,TEA,minyak kelapa disini sebagai  emulsifying agent supaya bisa membentuk massa krim,dan selanjutnya BHT sebagai antioksidan supaya sediaan tidak mudah teroksidasi  ,gliserin sebagai pelembut kulit sehingga ketika di pakai menimbulkan rasa yang  nyaman, dan  borak sebagai pengawet.
Pada dasarnya pembuatan krim tabir surya ini sama halnya dengan metode pembuatan krim pada umumnya untuk praktikum ini kami membuat 2 sediaan,sediaan pertama hanya basis saja tanpa ditambah ekstrak teh hijau dan sediaan kedua ditambah ekstrak teh hijau.untuk sediaan yang dtambah dengan ekstrak teh hijau, peleburan fase minyak seperti (minyak kelapa ,asam stearat,BHT) dilebur diwadah  dengan suhu 700c dan juga melebur  fase air  (gliserin,borak,) diwadah yang berbeda dengan  suhu 700c keduanya dilebur dengan waktu yang sama,setelah semua fase minyak dan fase air melebur  baru lah di campurkan jadi satu di mortar yang sudah dibilas dengan air hangat kemudian diaduk sampai membentuk massa krim setelah jadi krim menambahkan TEA sebagai ajust  aduk ad homogen dan ekstrak  daun teh ditambahkan ke dalam krim,di aduk ad homogen diberi parfum.,kemudian kami melakukan uji evaluasi yang mana evaluasi ini meliputi homogenitas ,organoleptis,pengolesan pada kulit .Untuk organoleptis pertama warna yang didapat yaitu warna hijau muda tidak jauh dari warna asli ekstraknya,bau aroma khas  teh hijau ,kemudian uji homogenitasnya yaitu lembut yaitu pada saat dioleskan ditangan  langsung meresap,dan  untuk uji ph yang didapat 6 masih masuk rentang dengan ph ekstrak teh 4-8,untuk uji iritasi kulit ketika diujikan kekulit rasanya lembut ,nyaman disini menandakan bahwa sediaan krim ini tidak mengiritasi kulit karena ph yang didapat yaitu 6
Selanjutnya pembuatan sediaan kedua yaitu tanpa penambahan ekstrak hanya basis saja proseduk kerja sama seperti sediaan pertama hanya saja untuk sediaan ini terdiri dari basis saja tanpa penambahan ekstrak hanya saja volume aquadestnya ditambah untuk pengganti ekstrak dan selanjutnya melakukan evaluasi hasil sediaan yang didapat agak lebih encer dibandingkan dengan yang ditamabah ekstrak tadi dan warnanya lebih putih seperti warna basis tetapi hasil uji evaluasi organoleptisnya sama seperti yang ditambah dengan ekstrak teh hijau,untuk sediaan krim yang ditambahkan ekstrak krim setelah hari ke 7 warnanya berubah dengan alasan krim tersebut sudah teroksidasi sehingga warnanya berubah.
Pada uji aktivitas tabir surya menggunakan krim yang mengandung ekstrak teh hijau dan menggunakan ekstrak teh hijau murni. Uji aktivitas ini dilakukan dengan menggunakan spektrofotometri  dengan  menentukan panjang gelombang, Pengukuran serapan awal krim dan pengukuran perubahan serapan krim setelah disinari UV. Tetapi pada percobaan ini, hanya dilakukan pengukuran serapan awal krim untuk uji efektivitas krim tabir surya dengan menghitung nilai absorbansi sehingga dapat di hitung nilai transmitans (T),  Fluks eritema (Fe) dan Fluks Pigmentasi (Fp).
Disini untuk uji efektifitas tabir surya kami menimbang ekstrak teh kental sebanyak 25 mg/25 ml  dilarutan dengan menggunakan etanol yang mana pemilihan larutan berdasarkan selektivitas dari kelarutan ini digunakan sebagai larutan induk (1000 ppm) dan untuk menghitung nilai 120 ppm,40 ppm dan 80 ppm dihitung menggunakan rumus v1m1:v2m2 dan setelah didapat baru lah menentukan absorbansi dari masing-masing ppm,alasan mengapa harus dicari absorbansi dari masing-masing ppm karena untuk menetukan nilai %Te dan %Tp  setelah dapat absorbanya dari masing-masing ppm baru dihitung nilai %Te dan %Tp dari masing-masing ppm.
Kemudian sediaan krim juga dicari absorbansinya kami menimbang krim sebanyak 1,25 gr/50 ml di larutan denagn air karena bila ditambahkan etanol tidak melarut sehingga kami melarutkannya menggunakan aquadest,.kemudian disentrifuge hingga dapat larutan yang bening kemudian diambil dan disaring baru diukur absorbansinya menggunakan spektrofotometer uv-vis.Semua dilakukan untuk menentukan % transmitan dari panjang gelombang yang telah di tentukan antara 292 nm- 317 nm untuk menentukan fluks eritema dan pada panjang gelombang 322 nm- 372 nm untuk menentukan fluks pigmentasi.
Setelah semua dihitung untuk hasil ekstrak krim 120 ppm %Te (4,314) dan %Tp (1,537) untuk %Te dan %Tp keduanya tidak masuk kategori range,dan untuk 80 ppm %Te (2,761) dan %Tp (1,343) untuk %Te tidak masuk waktu range sedangkan untuk %Tp masuk sebagai sunblock dan untuk 40 ppm %Te (1,89) dan % Tp (1,2046) untuk % Te masuk rentang sebagai proteksi ultra dan untuk %Tp tidak masuk range.Untuk sediaan krim %Te (0,046) ,%Tp (1,274)  untuk %Tp masuk range sebagai sunblock dan untuk %Tp tidak masuk rage disini dapat disimpulkan pada 80 ppm memiliki efektivitas sebagai sunblock dan 40 ppm memiliki efektivitas sebagai proteksi ultra dan untuk sediaan krim memiliki efektifitas  sunblock  berarti disini sediaan kami berpotensi sebagai sunblock dan proteksi ultra

II.            KESIMPULAN
*      Pembuatan 2 sediaan krim ,untuk sediaan krim  pertama menggunakan ekstrak teh hijau dan yang kedua sediaan krim tanpa ekstrak atau yang menggunakan basis saja (hasilnya agak encer dibanding krim yang pertama)dengan menggunakan metode digesti
*      Pada krim %Tp(0,046) sebagai sunblock dan %Te (1,274) tidak masuk range,untuk ekstrak dari ketiga ppm (120,80,40) yang mempunyai efektifitas yaitu pada 80 ppm sebagai sunblock dan 40ppm sebagai proteksi ultra
*      Teh merupakan senyawa bahan alam yang mengandung senyawa polifenol didalamnya terdapat senyawa katekin yang dapat menghambat terpaparnya sinar uv


III.            DAFTAR PUSTAKA
Anief, M. 2006. Ilmu Meracik Obat. Jogjakarta : UGM PRESS.

C. Ansel, Howard. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Ed. IV. Jakarta: UI-Press.

Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia Ed III. Jakarta.

Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia Ed IV. Jakarta.

Wade, Ainley and Paul J Weller. 1994. Handbook of Pharmaceutical excipients.Ed II. London; The Pharmaceutical Press. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar